JATIMKINI.COM, Para pelajar khidmat menyaksikan teatrikal perjuangan Tentara Republik Indonesia Pelajar (Trip) mengusir penjajah Belanda tepat di depan Monumen Pahlawan Trip, Kota Malang, Jawa Timur.
Terdengar rentetan senapan menyusul dentuman meriam. Sebanyak 38 Trip gigih berperang sampai titik darah penghabisan. Mereka gugur di medan perang saat mengusir penjajah pada 31 Juli 1947. Aksi heroik mereka abadi dan dimakamkan dalam satu liang lahat.
Presiden Soekarno menulis dalam monumen. "Kepadamu, yang mendahului kami menghiasi taman-taman pahlawan. Kami berjanji akan terus menyalakan api semangatmu, untuk kemerdekaan, kemakmuran dan keadilan. Malang, Hari Pahlawan 1959. Atas nama rakyat, Soekarno."
Wali Kota Malang Sutiaji menyatakan Trip menjadi kebanggaan Kota Malang apalagi Monumen Pahlawan Trip hanya ada di Kota Malang.
"Kami akan memperkuat dalam peraturan wali kota sehingga 31 Juli menjadi peringatan perjuangan Trip setiap tahun," tegas Sutiaji, Senin (31/7).
Sekretaris Jenderal Paguyuban Mas Trip Kolonel Pur. Hudi Purnomo mengatakan kemerdekaan Republik Indonesia diraih dengan perjuangan. Anak-anak bangsa yang gugur dalam medan perang berjuang sebagai tentara pelajar ketika berusia remaja setara SMP dan SMA saat ini. Trip gigih berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan.
"Mas Trip itu cikal bakalnya TNI. Monumen Mas Trip menjadi kebanggaan kita semua," katanya.
Karena itu, Hudi mengapresiasi Wali Kota Malang Sutiaji yang akan memperkuat posisi monumen Trip melalui peraturan wali kota. Momentum peringatan perjuangan Trip ini, lanjutnya, spirit bagi generasi muda bangsa untuk cinta Tanah Air. Dalam konteks kekinian, generasi muda harus meneruskan perjuangan pahlawan pendahulu bangsa.
"Nilai-nilai perjuangan agar dilanjutkan untuk menghormati pendahulunya. Dengan momentum ini bisa membangkitkan semangat cinta Tanah Air. Kita bersumpah melanjutkan perjuangan sampai akhir zaman," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Sejarah Bintaljarah Kodam V/Brawijaya Letkol Kav Tutur Suwantoro menyatakan pelajar Trip berperang dengan sangat gigih mengusir Belanda yang akan menjadikan Kota Malang sebagai pusat komando. Saat itu, kekuatan dibagi tiga. Yakni, TNI di sektor timur, Brimob dan laskar pejuang di tengah dan Trip di barat. Komandan Batalion Trip 5000 Susanto gugur berserta 37 anggota.
Menurut Tutur Suwantoro, perjuangan Trip merupakan puputan Jalan Salak. Jalan ini pula menjadi saksi sejarah kepahlawanan Trip. Sampai akhirnya nama jalan diganti menjadi Jalan Pahlawan Trip.
"Pelajar berjuang sampai titik darah penghabisan. Hari ini, teatrikal memperingati perjuangan pelajar yang gagah berani mempertahankan kemerdekaan," tuturnya.
Di Museum Brawijaya Malang, seluruh dokumen pahlawan Trip masih tersimpan rapi. Dokumen sejarah itu bisa untuk literatur penelitian. Selain kegigihan Trip berjuang mengusir penjajah Belanda, terlihat jelas pada foto-foto dokumentasi lawas mereka sangat bergembira.
"Dokumentasinya lengkap. Tentara pelajar sedang belajar sembari memanggul senjata. Ada yang sedang menulis," imbuhnya.
Tutur Suwantoro menjelaskan tantangan yang sedang dihadapi generasi muda sekarang adalah era modern yang kompleks. Globalisasi merambah semua sendi kehidupan. Itu sebabnya generasi penerus bangsa harus memperkuat nasionalisme dan patriotisme untuk membangun bangsa yang lebih baik, kuat dan maju.
"Semangat harus terus berkobar melanjutkan perjuangan para pendahulu sampai akhir zaman," pungkasnya.
Editor : Redaksi