Pemerintah Kota Malang Jawa Timur, mengembangkan sahabat UMKM merambah 57 kelurahan untuk mempercepat UMKM naik kelas.
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang Eko Sri Yuliadi menyatakan terobosan itu agar UMKM terus bertumbuh. Harapannya, usaha mikro dan kecil meningkat jadi menengah sampai besar.
"Kami melakukan inventarisasi secara riil di masyarakat," tegas Eko di Malang Creative Center (MCC), Senin (3/4).
Eko menjelaskan sahabat UMKM ini bekerja sampai level rukun tetangga. Mereka terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh pemuda, BUMN dan pengusaha yang sudah mapan tapi peduli pengembangan UMKM.
Cara kerjanya dengan mendata pelaku usaha sembari mengedukasi sehingga usaha yang mikro mampu bertahan dan terus berkembang. Bagi yang belum memiliki izin usaha didorong segera mengurus izin.
Sejauh ini, sudah banyak usaha yang digerakkan di level keluarga. Bahkan, pelaku usaha sudah memanfaatkan jaringan aplikasi digital sehingga memudahkan pemasaran produk dan melayani konsumen. Sesuai data, ada sekitar 21.128 UMKM dan yang sudah terkurasi sebanyak 5.120 UMKM memiliki nomor induk berusaha. Kebanyakan mereka usaha mikro dengan estimasi transaksi Rp1 juta per hari.
Dengan usaha yang berkembang tersebut pada gilirannya akan memberdayakan keluarga sejalan meningkatnya pendapatan. Di sisi lain, Diskopindag getol melakukan pembinaan dan pendampingan.
Termasuk pelatihan pengembangan usaha, fasilitasi izin usaha dan sertifikasi halal. Selain itu, ia gencar menggelar pameran guna memperluas pasar UMKM. Apalagi, Pemkot Malang memiliki aplikasi jual beli khusus produk UMKM, yakni Malang Beli Produk Lokal (Malpro). Sekitar 165 UMKM sudah mendaftar di aplikasi tersebut.
"Kita mengembangkan model klaster di tingkat rukun tetangga sehingga nantinya terbentuk ekosistem ekonomi yang lebih luas," katanya.
Sahabat UMKM, lanjutnya, solusi atas persoalan menumbuhkan UMKM agar cepat naik kelas, membuka tenaga kerja milenial, memperluas kewirausahaan berbasis potensi UMKM di level kampung, membangun klasterisasi ekosistem UMKM berbasis produk unggulan di tingkat RT dan RW, dan memperkuat daya tahan serta kemandirian sosial ekonomi warga Kota Malang.
Program itu pula sebagai solusi penanganan gini rasio atau ketimpangan pendapatan masyarakat yang dalam lima tahun terakhir terus meningkat. Sebab, meski perekonomian Kota Malang tumbuh 6,32% pada tahun 2022, akan tetapi angka gini rasio pada 2022 sebesar 0,421 merupakan yang tertinggi sejak 2018.
Hal ini juga selaras dengan pengembangan Malang Creative Center (MCC) yang keberadaannya menumbuhkan perekonomian dan menjadi solusi dalam mengatasi persoalan pengangguran. Di MCC, para pelaku UMKM rutin pameran dan memasarkan produk, termasuk menggelar workshop dan food lab guna meningkatkan kualitas produk.
Wali Kota Malang Sutiaji mengungkapkan ekosistem 17 subsektor ekonomi kratif (ekraf) membuat perekonomian Kota Malang tumbuh positif.
"MCC memberikan andil termasuk peran UMKM, revitalisasi pasar rakyat, pengembangan destinasi pariwisata serta penciptaan ekosistem usaha yang menarik investasi," ucap Sutiaji.
Alhasil angka kemiskinan tahun 2022 turun menjadi 4,37% ketimbang 2021 sebesar 4,62%. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka menurun dari 9,65% pada 2021 menjadi 7,66% pada 2022.
"Pertumbuhan 17 subsektor ekraf pada PDRB semula 5,9% sekarang sudah tercapai 6% lebih. Ini mengurangi pengangguran terbuka," tuturnya.(R2)
Editor : Redaksi