Reporter : Rochman Arief
JATIMKINI.COM, Operator kapal laut, PT Dharma Lautan Utama menyatakan jumlah penumpang di semester pertama tahun ini terpantau fluktuatif. Naik-turunnya volume penumpang ini tidak lepas dari pergeseran tahun Hijriyah (kalender Islam) dari tahun 2024 dengan tahun ini.
Direktur Operasional PT Dharma Lautan Utama (DLU), Rakhmatika Ardianto menyatakan sejak awal tahun 2025 banyak liburan yang jaraknya bersinggungan, dan berdampak pada pergeseran jadwal liburan.
“Seperti liburan tahun baru hanya berjarak dua bulan denan liburan awal puasa, kemudian liburan lebaran,” kata Rakhmat, sapaan lekatnya, Rabu (4/6/2025). Begitu juga dengan liburan Iduladha bergeser menjadi awal Juni 2025 yang bertepatan dengan ujian sekolah.
Padahal, lanjut Rakhmat, liburan Iduladha tahun sebelumnya bertepatan dengan liburan sekolah di pertengahan bulan Juni. Pergeseran libur yang dipengaruhi tahun Qomariyah atau Hijriyah memberi pengaruh pada tingkat keterisian tempat duduk atau seat load factor.
Seperti bulan Mei saja, Rakhmat mengaku terjadi penurunan. “Khusus untuk bulan Mei 2025 ada penurunan. Seat load factor (SLF) hanya 40-50 persen. Sedangkan tahun lalu untuk bulan Mei saja bisa 70 persen,” jelas pria kelahiran Demak, Jawa Tengah ini.
DLU masih menunggu tutup semester 2025 guna melihat perkembangan di semester berikutnya. Masalahnya di enam bulan ke depan tidak banyak kegiatan keagamaan, yang berdampak pada libur panjang.
“Di direktorat kami belum ada rencana jangka pendek. Praktis melanjutkan apa yang sudah diprogramkan sejak awal perencanaan,” ungkapnya. Sejauh ini DLU belum mengumumkan volume penumpang hingga tutup semester di tahun Ular Kayu.
Lebih lanjut DLU cukup banyak melayani transportasi wisata dengan tujuan paling tinggi ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. Menurut Rakhmat, di rute ini menyumbang 15 persen dari total wisatawan yang diangkut shipping line berusia 49 tahun ini.
Lombok cukup banyak objek wisata dengan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan rute pariwisata lainnya. Secara kultural, kawasan di Lombok memiliki kemiripan dengan warga asal Jawa pada umumnya.
Editor : Rochman Arief