x
x

Ekonom IEI Sebut BPD Jatim Punya Peran & Potensi Besar Pacu Perekonomian

Rabu, 12 Mar 2025 19:28 WIB

Reporter : Peni Widarti

JATIMKINI.COM, Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip menilai bahwa Provinsi Jawa Timur terutama bank daerah yang dimiliki yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) memiliki peran dan potensi besar dalam memacu pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.

Hal ini mengingat kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim terhadap perekonomian nasional sangat besar, yaitu sebesar 14,82% Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua secara nasional setelah DKI Jakarta.

“Kontribusi PDRB Jatim terhadap PDB nasional tersebut memiliki potensi untuk meningkat, mengingat ruang bagi pertumbuhan ekonomi di Jatim yang masih terbuka luas,” katanya, Rabu (12/3/2025).

Ia memaparkan, peran besar yang pertama didorong adanya industrialisasi di Jatim yang terus berkembang, seperti sektor industri pengolahan yang berkontribusi hampir 31% terhadap PDRB Jatim, atau naik hampir 2% dibanding 15 tahun lalu. 

Di sisi lain, dengan kapasitas kewilayahan serta didukung sumber daya yang cukup (baik sumber daya alam/SDA maupun manusia), industrialisasi di Jatim masih berpeluang berkembang antara lain melalui hilirisasi terhadap SDA berbasis pertanian, kelautan maupun mineral.

Kedua, karakteristik industrialisasi di Jatim relatif berbeda dengan daerah lainnya yang telah lebih dahulu memulai industrialisasinya seperti Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Industrialisasi di Jakarta telah masuk periode sunset karena kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Jakarta telah jauh berkurang.

“Bila kita perhatikan, gejala de-industrialisasi secara nasional dalam 20 tahun terakhir ini sejatinya banyak menimpa industri di Jawa Barat dan Banten. Kedua provinsi ini menjadi awal dimulainya industrialisasi di Indonesia,” paparnya.

Industri yang berkembang, lanjutnya, merupakan substitusi impor dan memiliki ketergantungan tinggi pada impor bahan baku. Pada awal pengembangannya, industri ini banyak memperoleh fasilitas dan insentif dari pemerintah. 

“Nah, begitu berbagai fasilitas dan insentif dicabut pada awal tahun 2000-an, kemudian diikuti oleh tren pelemahan nilai tukar Rupiah, daya tahan mereka pun berkurang. Dan kini, kita bisa menyaksikan banyak diantara mereka menutup pabriknya di Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu, struktur industri di Jatim lebih banyak didominasi oleh manufaktur penghasil produk konsumer (consumer goods) seperti makanan dan minuman yang mengandalkan bahan baku lokal (baik dari Jatim maupun daerah lainnya). 

Termasuk pula, industri lainnya seperti pengolahan kayu, bahan galian, logam dasar, serta industri kimia dan farmasi. Dengan karakteristik tersebut, manufaktur di Jatim memiliki daya tahan yang relatif lebih kuat terhadap gejolak eksternal. Termasuk pula, pasar ekspor produk manufaktur Jatim juga sebagian besar dipasarkan ke Asia. Hal tersebut membuat kinerja manufaktur di Jatim relatif solid sehingga mengokohkan perannya terhadap PDRB Jatim.

Meskipun kontribusi sektor Pertanian terhadap PDRB Jatim trennya menurun, namun perannya tetap vital sebagai penyanggah kebutuhan pangan maupun kebutuhan bahan baku bagi sektor Industri Pengolahan di Jatim dan nasional. Saat ini, kontribusi sektor Pertanian terhadap PDRB Jatim mencapai 10,66% (2024). 

“Jatim adalah salah satu lumbung pangan nasional terbesar baik yang dihasilkan oleh pertanian pangan, perikanan dan peternakan. Selain dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan di Jatim, hasil pertanian Jatim juga diekspor ke daerah lainnya seperti DKI Jakarta maupun luar Jawa,” tambah Sunarsip.

Selain sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian, perekonomian Jatimjuga ditopang peran dari sektor Perdagangan. Saat ini, kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB Jatimmencapai 18,81% (2024). Tingginya kontribusi sektor Perdagangan tersebut antara lain ditopang oleh tinggi potensi bisnis yang dapat dikembangkan melalui jalur perdagangan (dalam negeri dan luar negeri) seiring dengan solidnya kinerja sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian. 

Seiring dengan solidnya kinerja di 3 sektor utama tersebut, kebutuhan konstruksi di Jatim juga meningkat. Konstruksi antara lain dibutuhkan untuk kebutuhan infrastruktur konektivitas, infrastruktur pertanian, perumahan, kawasan industri dan perdagangan, pariwisata, dan lain-lain. Sehingga, tidak mengherankan bila kontribusi sektor Konstruksi terhadap PDRB Jatim terjaga pada level relatif tinggi, sekitar 9% pada 2024.

Kinerja Bank Daerah

Sunarsip melanjutkan, potensi industri pengolahan Jatim yang pertama juga didukung oleh banyaknya lokasi strategis yang dapat dikembangkan menjadi kawasan industri secara terintegrasi (integrated industrial park) baik untuk mengolah SDA dari Jatim sendiri maupun dari luar Jatim. Kedua, infrastruktur yang mendukung seperti jalan tol trans Jawa yang terkoneksi, infrastruktur energi dan air yang memadai, transportasi darat seperti kereta api, fasilitas pergudangan, pelabuhan, dan bandara. 

Ketiga, akses ketersediaan pendanaan yang besar. Seluruh lembaga keuangan besar ada di Jatim. Disamping itu, dukungan lembaga keuangan milik pemerintah provinsi Jatim seperti Bank Jatim juga turut melengkapi dalam mendukung pembiayaan bagi industrialisasi dan transaksi ekspor impor. 

Keempat, ketersediaan tenaga kerja handal yang memadai. Kelima, dukungan pusat riset dan inovasi yang kuat. Jatim memiliki banyak perguruan tinggi dengan reputasi riset dan inovasi yang diakui secara internasional. Selain itu, Jatim juga memiliki beberapa industri dan BUMN strategis yang dapat menjadi mitra bagi pengembangan inovasi dan produk manufaktur.

Keenam, selain hasil manufaktur dapat dipasarkan melalui ekspor, Jatim sendiri merupakan pasar yang besar. Jatim memiliki penduduk terbesar kedua di Indonesia. Produk manufaktur di Jatim juga dapat dipasarkan ke daerah lain. Ketujuh, dukungan input (bahan baku) yang besar. Hasil pertanian terbesar Jatim dapat dimanfaatkan sebagai input bagi beragam produk agroindustri.

“Dengan dukungan infrastruktur dan jalur transportasi yang lengkap, Jatim juga dapat mengakses sumber bahan baku dari luar Jatim yang tentunya akan turut memberikan dampak multiplier bagi daerah-daerah tersebut,” tambah Sunarsip.

Menurutnya, keterlibatan lembaga keuangan/perbankan sangat vital untuk mendukung tercapainya kemajuan ekonomi Jatim. Sejauh ini, kebutuhan pembiayaan bagi kegiatan usaha di Jatim, tidak hanya dipenuhi oleh bank-bank yang berlokasi di Jatim, tetapi juga oleh bank-bank yang berlokasi di luar Jatim.

Bank Indonesia mencatat, pada 2024 total kredit/pembiayaan di Jatim mencapai Rp732,5 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp614,7 triliun atau 83,9% nya dipenuhi oleh perbankan yang berlokasi di Jatim. Selebihnya, yaitu sebesar Rp117,8 triliun (16,1%) dipenuhi oleh bank yang berlokasi di luar Jatim. 

Kontribusi kredit/pembiayaan Bank Jatim saja terhadap total kredit yang disalurkan perbankan di Jatim relatif besar. Per November 2024, kontribusi kredit Bank Jatim mencapai 8,9%. Kontribusi atau pangsa kredit Bank Jatim ini meningkat setiap tahun.

Kredit Bank Jatim pada 2024 mampu tumbuh 5,45% (yoy). Sedangkan pada Januari 2025, kredit Bank Jatim telah tumbuh sebesar 18,06%, jauh di atas rata-rata pertumbuhan kredit secara industri di Jatim. 

“Tingginya pertumbuhan kredit Bank Jatim tersebut, juga ditopang oleh komposisi pendanaan yang relatif baik,” imbuh Sunarsip.

Dari sisi pendanaan, Bank Jatim menguasai sebesar 11,30% dari dana pihak ketiga (DPK) pada November 2024. Kontribusi DPK Bank Jatim ini meningkat setiap tahunnya. Pada 2018 mencapai 9% dari total DPK perbankan di Jatim. 

Sunarsip menambahkan, terdapat relasi yang kuat antara potensi dan perkembangan ekonomi di Jatim dengan kinerja Bank Jatim. Apalagi fokus bisnis Bank Jatim pada segmen UMKM memiliki relasi kuat dengan komitmen pemda di Jatim.

“Tapi, Jatim juga punya potensi untuk sektor usaha besar/korporasi. Untuk itu Bank Jatim juga perlu menangkap peluang tersebut, sekaligus memperkuat peran dan positioning-nya dalam industri perbankan di Jatim. Penguatan kapasitas dan kapabilitas di bidang pendanaan maupun pembiayaan terkait potensi bisnis baru itu juga perlu disiapkan dengan baik,” pungkasnya.

 

 

 

Editor : Peni Widarti

Kopilot
LAINNYA