x
x

Desa. Alam Romantis Penuh Tantangan

Jumat, 10 Jan 2025 21:29 WIB

Reporter : Redaksi

Desa sering kali dianggap sebagai tempat ideal untuk menghabiskan hari tua. Pemandangan asri, udara segar dan suasana tenang menjadi daya tarik bagi banyak orang, terutama mereka yang ingin melarikan diri dari hiruk pikuk kota. Kisah Peni dan suaminya, Edi Suharto, yang memilih tinggal di tengah hutan Banjarnegara sejak 2006, sepertinya  mewakili gambaran ini.

Pasangan lansia ini menempati rumah kayu sederhana di area hutan lindung. Meski awalnya penuh tantangan, akses sulit, suasana sepi dan adaptasi dengan lingkungan baru, lama-kelamaan mereka menemukan kebahagiaan.

“Awalnya meneteskan air mata karena kesepian, tapi lama-lama justru bahagia,” kata Peni, mantan PNS yang kini menikmati kehidupan sebagai petani.

Peni dan suaminya mengelola perkebunan, kolam ikan, dan budidaya lebah madu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Kesederhanaan dan kedekatan dengan alam membuat mereka lebih introspeksi, lebih dekat dengan Tuhan dan jauh dari godaan duniawi.

Namun, apakah kehidupan seperti ini benar-benar semanis perkiraan? Realita kehidupan desa tidak semudah yang dibayangkan.

Banyak orang yang bermimpi pindah ke desa setelah pensiun namun lupa pada satu hal penting bahwa, kehidupan di desa tidak hanya soal pemandangan indah. Ada tantangan besar yang harus dihadapi terutama bagi mereka yang tidak memiliki sumber pendapatan tetap atau pengalaman hidup di desa sebelumnya.

Saya sendiri pernah menjalani “ruralisasi,” pindah ke desa dengan semangat besar namun tanpa persiapan matang. Berangkat dari nol, saya harus belajar memahami siklus alam, budaya lokal serta potensi ekonomi desa. Tahun pertama adalah masa penuh ujian. Usaha gagal, salah investasi, dan keterbatasan dana menjadi pelajaran mahal. Tidak semua orang berhasil bertahan dan saya pun harus menerima kekalahan dengan lapang dada.

PERBEDAAN KRUSIAL

Bagi pensiunan dengan dana pensiun yang stabil, hidup di desa bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan. Sebagian kebutuhan kecil seperti sayuran atau buah-buahan dapat dipenuhi dari hasil kebun sendiri. Namun, kebutuhan lainnya seperti sabun, minyak, dan bahan pokok tetap harus dibeli di pasar dengan harga yang setara dengan kota.

Di sisi lain, bagi orang awam yang tidak memiliki sumber pendapatan tetap, kehidupan desa menjadi tantangan berat. Tanpa aset atau tabungan yang cukup, bertahan hidup di desa bisa terasa lebih sulit dibandingkan di kota.

Kehidupan di desa memang menawarkan ketenangan tetapi juga membutuhkan persiapan yang matang, baik dari segi finansial maupun mental. Sekali lagi, berdasarkan pengalaman empirik,  jika anda bermimpi pindah ke desa, pertama lakukan riset mendalam.  Pahami siklus musim, potensi ekonomi, dan budaya lokal.

Kedua, memiliki dana cadangan. Pastikan ada sumber pendapatan tetap atau tabungan yang cukup. Ketiga,  persiapkan fisik dan mental. Kehidupan desa membutuhkan stamina dan kesabaran ekstra. Selanjutnya melakukan eksplorasi potensi lokal.  Pelajari cara memanfaatkan sumber daya di sekitar untuk mendukung kebutuhan sehari-hari.

Desa memang romantis.  Tapi bagi yang hanya mengandalkan fantasi tanpa perencanaan matang, realitanya akan bisa jauh berbeda. Tulisan ini untuk  mengingatkan agar setiap keputusan besar, termasuk pindah ke desa, ditimbang secara cermat. Karena sejatinya desa adalah tempat yang tidak sekadar indah namun penuh dengan tantangan.

Penulis : Rokimdakas
Wartawan & Penulis

Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.

Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut

Editor : Redaksi

LAINNYA