Sekarang kita merasakan adanya arus deras perusakan di berbagai lini kehidupan. Nilai-nilai religi, moralitas, ideologi, sungguh serasa pada titik nadir.
Aparat BPK yang menyimpan uang hasil korupsi sampai sebegitu gilanya. Agamawan berburu kekayaan. Partai politik kian menjijikkan. Modus korupsi di lingkaran birokrasi bagai belut dalam genangan olie, saking licinnya sehingga sulit dideteksi. Ketua KPU menggauli diaspora di Belanda. Cemacem potret kerusakan terpampang begitu telanjang. Kalau diungkap satu per satu, sebanyak huruf yang ada sebanyak itulah kebobrokan terbaca.
Bukan hanya sekarang. Dari dulu, dulunya dulu ... kerusakan seperti itu selalu mewarnai kehidupan masyarakat hingga muncul istilah zaman edan, siapa yang nggak ikut-ikutan nggak bakal kebagian. Ada juga yang menganggap sebagai zaman akhir sebagai tanda-tanda kiamat telah di ambang pintu.
Namanya arus, apalagi arus deras, sekokoh apapun pohon yang berakar tunjang begitu mudah tumbang apalagi yang lebih kecil. Analogi tersebut jika dikaitkan dengan fenomena rusaknya tata nilai dan moralitas, bagi yang mampu membaca kehidupan betapa mengerikan.
Ini yang namanya zaman "Kala Bendu". Isinya, "wolak walike zaman". Yang jahat dipuji-puji, yang dijajahati malah dimaki-maki.
Betapa banyak diksi menyerang orang yang terzalimi. Betapa banyak tindakan yang tidak adil. Yang jujur ditertawakan, yang jahat dianggap keren. Orang mulia disingkirkan, yang bejat mendapat derajat.
Aturan dijungkir balikkan. Nilai diputar balikkan. Yang perempuan kehilangan rasa malu, laki-laki kehilangan kehormatan.
Ini zaman Kala Bendu, bapak lupa pada anaknya, anak melawan orang tuanya. Saudara tawuran sesama saudara, keluarga saling menyakiti. Murid melawan gurunya. Yang besar sombong, yang kecil tidak tau diri. Di zaman Kala Bendu semua itu dianggap normal.
Hanya pribadi yang teguh menjaga hati dan pikiran dengan merapatkan perasaannya patuh pada Tuhan selaku pembimbing juga pengayom, besar kemungkinannya akan selamat dari derasnya arus perusakan moralitas. Di sini spiritualis diuji kedigdayaannya ketika religiusitas yang mengagungkan ritualisme stag.
Ditulis oleh : Rokimdakas
Kanal Podium adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.
Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut
Editor : Ali Topan