x
x

Pakar ITS Beber Peta Jalan Optimalisasi Bauran Energi

Kamis, 06 Jun 2024 15:01 WIB

Reporter : Rochman Arif

JATIMKINI.COM, Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Jawa Timur yang belum optimal menjadi tantangan menuju net zero emission 2060. Sebab, pada tahun 2060, semua sektor industri sudah harus menerapkan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goal’s (SDG’s).

Menurut Kepala Pusat Penelitian Energi Berkelanjutan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M. Eng., optimalisasi EBT dihadapkan banyak tantangan. Salah satu yang mudah dianalisa adalah produksi listrik dari bahan bakar fosil masih over supply dan mendapat subsidi.

“Ketidakstabilan arus listrik EBT bisa menjadi hambatan. Sebut saja Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Tenaga Angin (PLTB). Ditambah belum adanya insentif dari pemerintah untuk pelaku usaha yang terjundi ranah bauran energi,” kata Tri Widjaja, dalam pesan singkat, Selasa (4/6/2024).

Peraih gelar doktor di Hiroshima University di bidang energi berkelanjutan itu menilai insentif sangat penting, sebagai stimulus kepada para pelaku usaha. Gairah ini bisa menjadi trigger untuk merangkul pengusaha lain, sekaligus kampanye manfaat EBT. Di sini pemerintah bisa menjadikan contoh bagi pelaku usaha yang sukses, untuk diperkenalkan kepada investor lain.

Ia membenarkan hasil survei sejumlah lembaga energi yang menilai banyak pelaku usaha enggan beralih ke EBT lantaran minimnya literasi. Ditambah dengan mahalnya pembangunan awal pembangkitan energi hijau.

“Bisa jadi keduanya. Memang masih banyak pengusaha belum paham manfaat teknologi dan penghematan jangka panjang. Terus terang untuk membangun awal butuh biaya, ini yang saya maksud pelaku usaha butuh insentif dari pemerintah,” ia menjelaskan.

Berdasar data dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, potensi bauran energi sebesar 188.410 MW. Angka ini terdiri atas energi surya 176.390 MW, energi angin 10.200 MW, panas bumi 1.280 MW, energi air 80 MW, energi biogas 110 MW, dan biomassa 350 MW. Adapun kapasitas terpasang PLTS di Jatim sepanjang 2023 mencapai 58,451 MW.

“Melihat kinerja PLTS di Jatim, fleksibilitas dan nilai keekonomian sudah teruji studinya, sekaligus bisa menjadi fokus utama untuk didorong pengembangannya,” tegas Tri Widjaja

Potensi lain yang bisa dikembangkan adalah teknologi angin, panas bumi, dan mikrohidro. Jatim yang memiliki banyak sungai bisa dioptimalkan menjadi pembangkitan, lantaran maturitas teknologi dan keekonomiannya yang cukup bagus.

Pemberian isentif dan pemanfaatan alam bukan satu-satunya peta jalan menuju net zero emission 2060. Menurut Tri Widjaja masih banyak komitmen yang harus dipenuhi dari pemerintah, pengusaha, masyarakat, hingga lembaga terkait menuju net determined contribution (NDC).

Editor : Rochman Arif

LAINNYA