x
x

Djoko Sungkono Raih Penghargaan Tokoh Pendidikan

Jumat, 19 Jan 2024 16:46 WIB

Reporter : Rokimdakas

JATIMKINI.COM, Gagasan mencuat ketika ada momentum namun jika bukan jiwa yang terpanggil, sepenting apapun suatu momen tak akan ada ide yang lahir. Jiwa yang terpanggil adalah tipe pribadi yang memiliki kepekaan di saat tergugah untuk bertindak tanpa pretensi karena  yang dilakukan merupakan suatu yang patut dilakukan, los gaspol kata zaman now. Apakah masih ada pribadi semacam itu di tengah fenomena individualistik? Hendaknya jangan berprasangka buruk pada kehidupan.             

Provinsi Kalimantan Timur yang dibentuk pada 9 Januari 1957 baru saja merayakan hari jadi ke-66. Dalam rangkaian acara tersebut diwarnai dengan penganugerahan penghargaan Tokoh Pendidikan kepada Djoko Sungkono. Penghargaan diberikan oleh Pj. Gubernur Kaltim Akmal Malik di Gedung Utama DPRD Kaltim. Bagaimana ceritanya wong Mojokerto yang lama tinggal di Surabaya dan kini berdomisili di Bogor memperoleh perhargaan dari Gubernur Kaltim.

Kaum pewarta era 1980 tentu mengenal sosok Djoko Sungkono karena sering memperoleh berita dari humas pada PT. Jamsostek Jawa Timur tersebut.  Pria Scorpio kelahiran Mojokerto   2 November 1952, ini merupakan alumni Akademi Ilmu Bahari di Surabaya serta Akedemi Wartawan Surabaya (AWS).

Bermula dari penugasan sebagai Kakanwil Jamsostek – sekarang BPJS Ketenagakerajaan – di Samarinda pada medio  1985. Lokasi kantornya  di jalan Pahlawan bertetangga dengan kantor PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), menjadikan Djoko Sungkono merasa ketemu kandang. Sebagai alumni AWS dan humas Jamsostek semasa di Surabaya, dia segera membangun jaringan dengan para jurnalis.

Sebagai alumni akademi wartawan, melihat ada Sekolah Tinggi Komunikasi Mahakam yang statusnya masih “diridhoi” belum terdaftar di Kopertis sebuah ide mencuat dalam pikiran Djoko untuk cawe-cawe. Pada Kawasan Kalimantan Timur, pendaftaran perguruan tingginya harus ke Kopertis Wilayah VII di Surabaya, baginya  bukan pekerjaan sulit karena memiliki relasi di kota asalnya. STIK Mahakam didirikan oleh Salah Jaya (Ketua PWI Kaltim), Jackson Rifai, Alwis AS (Ketua Penerbit Surat Kabar) serta beberapa tokoh lokal lainnya.

Sebagai pemrakarsa Djoko  segera membentuk tim dari pihak kampus, yakni Anwar Suwardi dan Swarta Jaya untuk bergerak ke Surabaya. Proses pengurusannya  berlangsung lancar, dari status “diridhoi” dalam tempo singkat berubah “terdaftar”.

“Alhamdulillah, Sekolah Tinggi Komunikasi Mahakam menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Kalimantan Timur dengan vokasi jurnalistik dan komunikasi. Kampus tersebut sudah banyak melahirkan sarjana  yang bekerja  di berbagai instansi, lembaga pemerintah maupun  swasta,” tutur Djoko Sungkono gembira.

Selama di Samarinda, dia bersama Cak Kadaruslan, tokoh Surabaya yang sedang ditugaskan di kota tersebut juga menghimpun kaum urban asal Jawa Timur ke dalam Paguyuban Arek Jawa Timur. Bergaul, peduli dan  melakukan pemberdayaan sepertinya hobi bapak seorang putra dengan dua  cucu, ini.

Sambil menyelam minum air. Di sela kesibukannya sebagai pimpinan Jamsostek dia  menimba ilmu jurnalistik pada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Mahakam Samarinda kemudian berlanjut ke Universitas Pancasila Jakarta hingga meraih gelar Master Manajemen pemasaran (1999).

Sebagai Pembantu Dekan 3 bidang kemahasiswaan STIK Mahakam, Djoko Sungkono  mengembangkan karir di Jamsostek hingga jenjang direksi di tahun 2000-2004. Dia ditunjuk sebagai anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (2008-2013) mengawasi operasional dua BJPS, yakni bidang kesehatan maupun ketenagakerjaan.

Sekarang aktif sebagai Dewan Pakar ADPENAS - Asosiasi Badan Permusyawaratan Desa Nasional Indonesia. Staf khusus Ketua Himpunan elayan Seluruh Indonesia, Konsultan HRD dan jaminan sosial untuk perusahaan. Hingga hari ini Djoko masih menjalin komunikasi dengan STIK Mahakam, salah satu kampus kebanggaan di Samarinda. Atas jasanya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menganugerahkan penghargaan pada Djoko Sungkono sebagai Tokoh Pendidikan Komunikasi.

Editor : Ali Topan

LAINNYA