x
x

Apakah Allah Butuh Toa

Rabu, 20 Des 2023 19:02 WIB

Reporter : Rokimdakas

Adalah baik maksud undang-undang melarang menyinggung SARA - suku, agama, ras atau golongan agar supaya kita menjaga toleransi sebagai warga bangsa yang menjunjung falsafah negara bhinneka tunggal ika. Indonesia dihuni duaratus delapan puluh juta jiwa yang mayoritas penduduknya ber-KTP Islam seharusnya - catat: harus - menjunjung prinsip ajaran  Rahmatan Lil Al-Amin. Agenda besar Muhammad semasa melaksanakan  tugas kenabian.

Rahmat yang artinya karunia, belas kasih atau kemurahan hati yang diberikan kepada seseorang, kelompok atau lingkungan seluruh alam tanpa memandang pantas atau tidaknya menerimanya. Baik alam pertemanan, alam sosial, alam kampung atau alam lingkungan apapun, kasih sayang itu harus diberikan. Dalam jedah waktu selama seribu empat ratus tahun, kaum pengaku umat Muhammad melupakan juga tidak memahami ajaran utama junjungan besarnya itu.

Dimana suatu agama dianut secara mayoritas, penganutnya akan menuntut adanya perlakuan khusus untuk melindungi kepentingan  agamanya. Tuntutan mayoritas mempengaruhi sistem hukum, politik, ekonomi, sosial,  budaya serta aspek kehidupan lainnya. Ketika negara telah mengakomodir segala kepentingan tersebut seharusnya kaum mayo toleransi terhadap kaum mino apalagi kaum mini. Kasus penolakan pembangunan  tempat ibadah kaum mino serta kontroversi pencantuman agama kaum mini - penganut kepercayaan tradisi - telah mencoreng keagungan ajaran Rahmatan Lil Al-Amin dan justru menunjukkan arogansi mayoritas yang bertentangan  dengan undang undang SARA. Ini pagar makanan tanaman.

Penyimpangan kaum mayo  terhadap ajaran utama Nabi Muhammad, Rahmatan Lil Al-Amin, terlihat pada penggunaan alat pengeras suara di tempat-tempat ibadah. Peraturan pemerintah sudah diterbitkan demi ketertiban dan toleransi lingkungan tetapi tidak dihiraukan malah kian menjadi-jadi,  dibuat karaoke sama bocah-bocah. Di rumah-rumah pengajar buta huruf Arabiah juga  menggunakan pengeras suara. Komplit "teror" hunian yang butuh ketenangan.

Sebuah ekspresi kejengkelan atas penggunaan pengeras suara mengundang joke, Allah aja benci TOA kenapa penyembahnya berlomba-lomba mengeraskan suara TOA? Apa mereka lupa bahwa Allah tidak suka dengan suara yang keras. Kanjeng Nabi Muhammad juga berpesan, berdoalah dengan merendahkan suara seakan dirimu sendiri yang mendengarnya.

Bila Allah Sang Sesembahan Agung serta Nabi Muhammad panutannya tidak dipatuhi oleh kaum muslimin lantas siapa yang dipatuhi? Jika suatu kaum tidak mematuhi Allah beserta Rasulnya, berdasar kamus bahasa disebut apa tho?

Perayaan hari besar keagamaan, organisasi masa juga komunitas keislaman digelar begitu gegap,  mengerahkan jutaan akar rumput ke lapangan upacara.  Namun apabila momen tersebut tidak mampu menyadarkan penggunaan pengeras suara yang bertentangan dengan prinsip ajaran kasih sayang keislaman terhadap lingkungan,  jutaan TOA yang menghiasi tempat ibadah  itu justru menggerus  citra Islam jadi rusak. Ini yang perlu dicamkan.


Ditulis oleh : Rokimdakas

Jurnalis Senior  / Penulis Lepas tinggal di Surabaya

Kanal Podium adalah halaman khusus layanan masyarakat untuk menulis berita lepas

Redaksi Jatimkini tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut

 

 

Editor : Redaksi

LAINNYA