Reporter : Bagus Suryo
JATIMKINI.COM, Saat hari masih pagi, sebanyak 65 perwakilan Rukun Warga dan kelurahan di Kota Malang, Jawa Timur, berkumpul. Perwakilan terbaik Kampung Bersinar dan Kampung Berseri itu khidmat mengikuti materi optimalisasi partisipasi masyarakat dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Kota Malang. Sang pembicara adalah pembina lingkungan sekaligus penggagas Kampung Glintung Go Green Kota Malang, Bambang Irianto.
“Kampung yang sudah mempunyai prestasi Program Kampung Iklim (Proklim) Utama dan Kampung Bersinar harus memunculkan lokal hero dan pembina lingkungan,” tegas Bambang membuka pembicaraan, Selasa (31/10).
Menurut Bambang, lokal hero bisa menjadi penggerak, mengajak kampung lainnya melakukan hal baik. Tentu, dengan didorong Pemerintah Kota Malang. Imbasnya akan mempercepat replikasi kampung Proklim. Termasuk mencetak kader-kader lingkungan berkompetensi Proklim.
Dalam riwayat Kampung Glintung Go Green di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, semula kumuh dan langganan banjir. Kini , bersalin citra menjadi pusat pelatihan cara membangun kampung yang mendunia. Setelah itu, Glintung Go Green berbadan hukum koperasi.
“Sekarang jadi pusat pelatihan. Glintung menjadi teori dan konsep cara membangun kampung. Kampung itu menjadi tujuan belajar berbagai daerah dan luar negeri,” katanya.
Bambang menjelaskan strategi pengembangan kampung meliputi beberapa fase, yaitu identifikasi, mengubah mindset, rekonstruksi, konsultasi, branding, peningkatan kapasitas, edukasi yang menyenangkan, komersialisasi dan kelembagaan, serta publikasi dan replikasi. Bila tahapan itu sudah dilakukan, barulah menentukan kampung tematik berkelanjutan. Di dalamnya mengusung spirit menumbuhkan lokal ekonomi, kesejahteraan warga, energi terbarukan, memperkuat interaksi sosial, adaptif terhadap perubahan iklim dan menurunkan global warming. Namun, perlu diingat, tantangannya adalah soal keuangan, kepemimpinan, pembagian peran, regenerasi dan kejenuhan. Masalah umum itu kerap muncul dalam membangun kampung.
Bambang menekankan kemandirian warga diperlukan sehingga tidak menggantungkan diri pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang. Begitu juga DLH disarankan memperluas jaringan guna menambah kampung Proklim. Saat ini, pilar penting adaptasi dan mitigasi perubahan iklim ialah peran serta masyarakat.
“Kerja sama semua pihak menjadi keharusan. Kader lingkungan dan paguyuban kampung bersinar perlu kita tingkatkan perannya. Bagaimana mereka menjadi kader postulat manpower mampu mereplikasi kampung lainnya. Sehingga percepatan kampung iklim terwujud secepatnya,” tuturnya.
Di sisi lain, membangun kampung iklim itu tidak mudah dan tidak murah. Bambang menyarankan, anggaran DLH Kota Malang harus ditambah untuk pembangunan berwawasan lingkungan hidup berkelanjutan sekaligus mengurangi bencana alam. Semua itu, solusinya mempercepat replikasi kampung Proklim merata di semua kelurahan.
“Anggaran DLH harus diperhatikan guna mengurai banjir, juga kemacetan lalu lintas itu berkaitan dengan lingkungan hidup,” ucapnya.
Tantangan kedepan, peran serta masyarakat sebagai pilar utama harus diperkuat. Kemandirian RT/RW pun harus dioptimalkan.
“Masyarakat jangan membuat program lingkungan sebatas untuk meraih penghargaan, melainkan harus membangun kampung itu berdasarkan kebutuhan. Adaptasi dan mitigasi itu kebutuhan,” imbuhnya.
Selanjutnya, kebijakan kolaboratif diperlukan dalam konteks Malang raya meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu.
“Lingkungan hidup tidak mengenal batas administratif. Harus kolaborasi, levelnya antarkampung, antarkota, sinergi dengan berbagai pihak,” pungkasnya.
Editor : Redaksi