DLH Kota Malang Terapkan Strategi Persampahan Terkini

Reporter : Bagus Suryo
Petugas mengangkut sampah di tempat penampungan sementara Malabar, beberapa waktu lalu. Foto : Jatimkini/Bagus Suryo

JATIMKINI.COM, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Kota Malang, Jawa Timur, Noer Rahman Wijaya langsung ekspresif ketika diajak bicara soal pelestarian lingkungan. Ia begitu antusias apalagi menjelaskan dinamika dan strategi pengelolaan persampahan skala perkotaan.

“Dinamika pengelolaan persampahan setiap tahun selalu bergeser karena volume sampah meningkat. Apalagi usia TPA Supit Urang rata-rata kurang 6 tahun sampai 7 tahun,” tegas Rahman di UPT Pengelolaan Sampah Supit Urang, Kelurahan Mulyorejo, Kota Malang, Sabtu (21/10).

Baca juga: Mahasiswa dan Warga Surabaya Teliti Perubahan Sampah jadi Peluang

Rahman menjelaskan dinamika pengelolaan persampahan era kekinian memang penuh tantangan. Para pemangku kepentingan dituntut terus berinovasi. Dalam konteks ini, DLH Kota Malang bekerja sama dengan Universitas Brawijaya.

“Dinamika terkini dituntut berinovasi. DLH menyampaikan ke dewan akan mengembangkan landfill mining, pengelolaan bakar habis sampah dari sebelumnya pemadatan,” katanya.

Rahman menjelaskan pengembangan konsep sanitary landfill di TPA Supit Urang menonjolkan metode pemadatan dengan tanah, pasir dan batu. Pada gilirannya, mendatang akan bergeser ke landfill mining yang menerapkan metode bakar habis. Keunggulannya ialah residu sampah bisa menjadi kompos, dan gas metana untuk energi.

Penerapan konsep landfill mining bisa menjadi solusi. Konsep itu pula menjadi pilihan mengingat keterbatasan lahan untuk membangun TPA baru di perkotaan. Namun, tantangannya adalah persoalan anggaran bakal membebani APBD.

“Kalau landfill mining, anggaran perencanaannya sampai Rp550 miliar. Penerapan konsep dengan sistem bakar habis menyisakan residu 5%,” ucapnya.

Baca juga: Risma Blusukan ke Kota Malang, Tawarkan Solusi Banjir di Sungai Bandulan

Perkuat TPS

Kendati demikian, DLH Kota Malang terus meningkatkan pelayanan dengan mengangkut sampah dari tempat penampungan sementara (TPS) ke tempat pemrosesan Akhir (TPA). Pengelolaan persampahan dioptimalkan dengan memanfaatkan anggaran yang tersedia meski membutuhkan dukungan untuk membangun TPS baru di kelurahan.

Termasuk gencar melakukan edukasi dan sosialisasi agar masyarakat tertib membuang sampah pada tempatnya. DLH juga mendorong pengelolaan sampah mulai sumbernya karena bernilai ekonomi. Kini, bank sampah sudah bertebaran, contoh baiknya di bank sampah Kasin dan bank sampah Velodrome. Untuk itu, DLH bakal membangun tempat penampungan sampah terpadu (TPST) di kelurahan-kelurahan.

Saat ini, DLH memiliki 45 TPS dari semula 37 TPS di 52 kelurahan. Selain itu ada 16 TPS privat berada di perumahan dan mal. Guna menambah TPS dan TPST baru, DLH membutuhkan dukungan anggaran. Sebab, satu TPS ada yang menampung sampah 3-4 kelurahan.

Baca juga: MODENA Perkenalkan Kembali Produk Unggulan Dukung Gaya Hidup Modern di Malang

Timbunan sampah sesuai data RPJMD pada 2018 sebanyak 597.079,41 ton. Pada 2019 sebanyak 244.720,24 ton dan tahun 2020 sebanyak 246.050 ton. Sedangkan total sampah di Kota Malang saat ini rata-rata 500 ton per hari.

Penanganan akan ditingkatkan agar kian banyak sampah yang tertangani. Alhasil Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Kota Malang (IKLHD) diharapkan terus membaik. Solusi pengurangan timbunan sampah dengan menambah armada dan petugas pemungut sampah. Selain itu berkoordinasi dengan kelurahan, RT dan RW. DLH berusaha menempatkan 5 armroll di TPS agar lebih banyak sampah yang terangkut ke tempat pembuangan akhir. Termasuk membangun bak penampung lindi di TPS dan TPST agar tidak mengganggu lingkungan sekitar.

“Kami mengembangkan konsep penampungan, sehingga limbah cairan dari TPS tidak mengganggu lingkungan,” pungkasnya.

Editor : Bagus Suryo

Ekonomi
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru