JATIMKINI.COM, Kayutangan sebagai Ibu Kota Heritage di Malang Raya, Jawa Timur, mewujudkan Malang Future yang mendunia menjadi kenyataan. Lanskap kampung bernilai sejarah lintas masa semula sebatas imaji kini menjadi penggerak perekonomian. Wisatawan berdatangan dari berbagai penjuru Tanah Air dan dunia ingin membuktikan destinasi populer peraih Anugerah 75 Desa Wisata Indonesia terpilih 2023 yang eksotis tersebut.
"Pembangunan Kayutangan yang sempat dihujat saat awal pandemi covid-19, sekarang masyarakat menikmati hasilnya menjadi destinasi wisata populer," tegas Wali Kota Malang Sutiaji, kemarin.
Baca juga: Risma Blusukan ke Kota Malang, Tawarkan Solusi Banjir di Sungai Bandulan
Riwayat membangun kampung Kayutangan yang maju seperti sekarang ini penuh perjuangan dan kerja keras. Prosesnya pun kontinu melibatkan semua pihak. Para pegiat kampung bersama kelompok sadar wisata (Pokdarwis) konsisten membangun kesadaran bersama sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan.
Spirit itu terjaga sampai sekarang. Masyarakat dan pemerintah selalu berkomitmen mewujudkan kampung tematik yang bersih, indah dan sehat untuk mengentaskan kawasan kumuh sampai berhasil memberikan manfaat yang luas. Impak pembangunan menumbuhkan perekonomian, meningkatkan indeks pembangunan manusia, mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Termasuk meningkatkan usia harapan hidup. Faktanya, membangun kampung telah menyelesaikan banyak hal.
Kesungguhan warga beserta para aktor pegiat kampung dalam membangun lingkungan berangkat dari kesadaran bersama mencerminkan kemajuan peradaban kota. Sampai akhirnya, terobosan ini meningkatkan perekonomian menjadi praktik terbaik (Best practice) berbagai daerah di Indonesia. Para aktor kampung pun menjadi role model bagi kampung lainnya. Semua itu dicapai dengan penuh tantangan. Betapa tidak, pembangunan koridor Kayutangan yang baru separo jalan sempat terganggu lantaran pandemi covid-19. Periode lockdown dan PPKM menghentikan aktivitas publik kecuali sektor kesehatan.
Dalam kondisi ini, kepemimpinan kepala daerah diuji. Sutiaji harus membuat kebijakan cepat menangani pandemi. Pelayanan kepada masyarakat wajib dilakukan wujud negara hadir membantu mereka yang terdampak. Di sisi lain, roda pembangunan harus terus bergerak agar manfaatnya bisa dinikmati masyarakat. Saat itu, keadaan memang tak mudah di tengah situasi ketidakpastian secara global akibat pandemi.
Akhirnya, Sutiaji berani mengambil risiko dan bertanggung jawab penuh dengan memutuskan pengerjaan koridor Kayutangan tetap berlanjut dengan keyakinan sektor pariwisata signifikan menjadi penolong pascapandemi. Pembangunan yang tuntas nantinya bakal memudahkan masyarakat bangkit bersama.
Baca juga: MODENA Perkenalkan Kembali Produk Unggulan Dukung Gaya Hidup Modern di Malang
Bangkit bersama
Program lainnya bergulir bersama berupa penguatan bantalan sosial dan kesehatan, UMKM dibantu pemasaran, promosi, fasilitasi pelatihan dan berbasis digital. Sektor perhotelan diberi insentif fiskal sehingga lebih kompetitif dari sisi harga sehingga mendorong wisatawan memilih menginap di Kota Malang ketimbang di Kota Batu dan Kabupaten Malang.
Keputusan ini sangatlah krusial sekaligus menentukan mengingat pembangunan Kayutangan sempat memantik reaksi publik sampai terjadi pro dan kontra meski suasana pandemi. Dalam posisi ini, Sutiaji merespons masukan masyarakat secara humanis karena sebagai wali kota berkewajiban mengayomi warganya.
Tetapi, gejolak perbedaan pendapat di ruang publik justru menguntungkan membuat Kayutangan kian populer. Sutiaji paham betul dalam mengelola informasi sehingga Kayutangan heritage yang viral di medsos terlepas dari pro dan kontra akhirnya menggerakkan orang berdatangan untuk berkunjung. Itu artinya perekonomian bergerak menandai proses pemulihan dari pandemi.
Baca juga: Akademisi FIB Universitas Brawijaya Apresiasi Kiprah Mahasiswa Lahirkan Karya Sastra
Sutiaji berkeyakinan, pembangunan Kayutangan heritage yang maju pesat akan berdampak positif. Sektor pariwisata bakal menjadi penolong signifikan sebagai penghasil cuan. Pelancong akan berwisata begitu pandemi mereda yang imbasnya mendatangkan rezeki bagi UMKM, hotel, restoran, transportasi dan pelaku jasa wisata lainnya. Pasalnya, warga yang merasakan kejenuhan selama menjalani karantina pasti menyerbu objek wisata sebagai tempat healing dan refreshing.
Dalam konteks ini, Sutiaji yang membuat keputusan berlandaskan keyakinan kuat terbukti sangat tepat. Ia menunjukkan level kepemimpinan yang berani mengambil risiko sekalipun situasinya sulit dan berat. Alhasil, keyakinan dalam memutuskan kebijakan membuahkan hasil penanganan pandemi secara tuntas sejalan menumbuhkan perekonomian. Sungguh pencapaian kinerja yang luar biasa dari hasil gotong royong dan kerja keras semua pihak melalui upaya sinergi, kolaborasi serta dukungan stakeholder.
"Kita sekarang bicara kawasan bukan lagi koridor, kita masuk ke kampungnya. Bagaimana mendesain, bagaimana mengatur jam malam. Juga butuh menambah rumah hunian untuk tamu. Kabel yang berseliweran ditata," kata Sutiaji.
Editor : Redaksi