Deflasi Lima Bulan Beruntun, Pengamat Ekonomi UK Petra Beber Alasan

Reporter : Rochman Arief
Interaksi penjual dan pembeli cabai di Pasar Induk Sidotopo. Deflasi dalam lima bulan disebabkan turunnya daya beli masyarakat. (Foto: Rochman Arief/jatimkini.com)

JATIMKINI.COM, Pengamat ekonomi dari Petra Christian University (PCU), Prof. Dr. Sautma Ronni Basana Batubara menilai deflasi selama lima bulan berturut-turut perlu dicermati. Menurutnya, penurunan daya beli selama lima bulan beruntun belum pernah terjadi.

Ia mengakui banyak pihak yang pesimis dengan situasi ini. Tetapi tidak sedikit yang menilai sebagai seasonal. Deflasi selama lima bulan beruntun ini perlu adanya kajian, apakah disebabkan gejolak ekonomi dalam negeri atau ada pengaruh dari luar (gejolak Timur Tengah).

Baca juga: Menuju Nol Kasus, Jalan Panjang Zero Stunting di Surabaya

“Apakah ini berkaitan dengan daya beli yang disebabkan PHK massal. Atau memang ekonomi kita sedang tidak baik-baik saja. Ini perlu dilihat dengan cermat,” katanya melalui sambungan telepon, Kamis (10/10/2024).

Pria yang juga menjabat Bidang I Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jawa Timur ini tidak menampik jika perekonomian secara umum belum pulih 100 persen. Begitu juga dengan layoff (PHK), tidak semua perusahaan melakukannya secara massif.

Baca juga: Penurunan Harga Komoditas Hortikultura Picu Deflasi Jatim -0,34%

“Kalau massif, pasti semuanya mengerem. Baik perusahaan maupun konsumsi masyarakat. Bila masyarakat mengerem, tidak tertutup kemungkinan uang yang digunakan untuk belanja adalah tabungan,” urai Sautma.

Ia menolak bila deflasi ini disebabkan hajatan politik dalam negeri. Sebab dalam dua bulan ke depan ini dilaksanakan pelantikan Presiden Prabowo Subianto dan pilkada serentak.

Baca juga: Bandara Juanda Dipercaya Layani Dua Penerbangan Anyar, ke Mana Saja?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi bulanan pada September lalu secara nasional sebesar 0,12 persen. Ini rentetan dari gejolak sebelumnya yang terjadi sejak Mei hingga Agustus. Deflasi bulanan Mei sebesar 0,03 persen, disusul Juni menyentuh 0,08, Juli 0,18 persen, dan Agustus di level 0,03 persen.

Editor : Rochman Arief

Ekonomi
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru