BI Malang: Wartek Inflasi Kota Malang Efektif Kendalikan Harga Pangan

Reporter : Bagus Suryo
Warga membeli beras SPHP di warung tekan inflasi, Pasar Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, seharga Rp51.000 per kemasan 5 kg dari harga pasar Rp54.500, Kamis (14/3). Foto: Jatimkini/Bagus Suryo

JATIMKINI.COM, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Jawa Timur, menyatakan aktivasi warung tekan inflasi (Wartek) diusahakan tidak merugikan pedagang. Karena itu operasional wartek secara kondisional hanya ketika terjadi kenaikan harga pangan.

"Pelaksanaan Wartek inflasi juga berkelanjutan dengan memanfaatkan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) Pemkot Malang," tegas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang Febrina, Kamis (14/3).

Baca juga: Jurus Jitu Wahyu Hidayat Tekan Inflasi

Febrina menjelaskan strategi pengendalian infasi ini merupakan wujud keterjangkauan harga. Tujuannya untuk menstabilkan harga berbagai kebutuhan pokok.

WarTek inflasi berada di pasar tradisional, yakni Pasar Besar, Pasar Blimbing dan Pasar Dinoyo. Ketiga warung itu sebagai upaya intervensi di pasar saat terjadi kenaikan harga.

Dalam jangka pendek, harga bahan pokok dapat stabil dengan mengendalikan ekspektasi inflasi dari sisi penawaran, yakni pedagang di pasar.

Baca juga: Pakar Ekonomi: Pemda Harus Perkuat Bantalan Kebijakan Dongkrak Daya Beli

Menurut Febrina, pelaksanaan wartek ini juga didukung dengan kegiatan operasi pasar (OP) murah dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga. OP digelar di sejumlah lokasi, di antaranya Kelurahan Merjosari, Bunulrejo, Gadingkasri, Bakalan Krajan, serta kantor Diskopindag Kota Malang.

Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat membuka wartek inflasi dengan menggulirkan BTT Rp1 miliar di awal Ramadan. Wartek inflasi semula di Pasar Blimbing menyusul Pasar Dinoyo dan Pasar Besar Malang.

Sementara itu, Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (PPKE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB) Malang Joko Budi Santoso mengatakan pada triwulan pertama 2024, pemda menghadapi tantangan gejolak harga pangan. Penyebabnya lantaran gangguan suplai akibat produksi menurun imbas El Nino selain negara produsen membatasi ekspor pangan.

Baca juga: Kebijakan Tepat Penjabat Wali Kota Selaras BI Malang

Dampaknya terjadi kenaikan sejumlah komoditas pangan saat permintaan meningkat sejak menjelang Ramadan. Sejumlah fakta ini berpengaruh pada tergerusnya daya beli masyarakat.

"Untuk mengatasi situasi ini, tentu jangka pendek pemerintah harus melakukan operasi pasar untuk stabilisasi harga. Situasi ini akan bertahan sampai Idul Fitri," tuturnya.

Editor : Redaksi

Ekonomi
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru