Reporter : Redaksi
Imersivitas digitalisasi di Smart Society 5.0 menjadi tantangan tersendiri dalam dunia pendidikan saat ini. STEM menjadi salah satu program kerja yang dibawa oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2024. Dalam pidato debat capres ke lima, Calon Presiden Prabowo menyampaikan visi paslon untuk memberikan hingga 10.000 beasiswa ke luar negeri terutama dalam bidang kedokteran dan STEM.
Salah satu upaya digalakkannya program STEM ini adalah dengan pengadaan mata pelajaran coding sejak usia sekolah dasar. Sesuai arahan dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming, dalam Rapat Koordinasi dan Evaluasi Kebijakan Pendidikan Dasar dan Menengah di Jakarta pada Senin, 11 November 2024, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa artificial intelligence (AI) dan coding akan diajarkan sejak tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) untuk mewujudkan pendidikan digital.
Menurut Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro pada 22 November 2024, bahwa Science,Technology, Engineering, and Mathematic (STEM) yang digaungkan oleh Prabowo tidak mengacu pada disiplin ilmu spesifik melainkan proses dan pola pikir. Harapannya, pendidikan yang didasarkan pada pola pikir saintifik, berteknologi, teknik, serta matematis akan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global. Lantas, sudah siapkah pendidikan Indonesia dengan pembelajaran bidang STEM?
Berdasarkan perspektif teknologi pendidikan, proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara pembelajar, pemelajar, dan lingkungan. Segala aktivitas maupun sumber daya teknologi yang terlibat dan berakaitan dari setiap peran untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah bagian dari proses pendidikan. Maka, sebagaimana menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT) 2008, berikut aspek-aspek yang bisa digunakan sebagai acuan kesiapan penerapan pendidikan STEM di Indonesia.
Aspek Studi dan Praktik Etis Pendidikan
Faktanya, Indonesia merupakan negara dengan sistem pendidikan terbesar keempat di dunia. Dengan keluasan jangkauan dan keragaman latar belakang demografi, hal pemerataan dan penyetaraan selalu menjadi tantangan khas tersendiri bagi Indonesia, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Berdasarkan peringkat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan World T20 2024 dalam World Population Review, pendidikan Indonesia masih menempati peringkat ke 67 di dunia, tertinggal dari negara-negara lain di Asia Tenggara. Bahkan, di bawah peringkat Vietnam yang berada di peringkat ke-53.
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia menjadi salah satu persoalan yang belum terselesaikan dengan baik hingga saat ini. Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2024 lalu, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menyampaikan beberapa isu-isu yang menjadi penghambat kemajuan pendidikan Indonesia, diantaranya adalah mahalnya biaya pendidikan, kesejahteraan pendidik yang masih kurang, kasus korupsi, kebijakan-kebijakan terkait pendidikan yang belum tepat, politisasi yang mengancam kemerdekaan akademik, kasus kekerasan, juga kualitas sumber daya pendidikan yang rendah.
Memfasilitasi Pembelajaran dan Meningkatkan Kinerja/ Performance
Pendekatan STEM populer sejak tahun 2000an di Amerika Serikat, pendidikan ini awalnya bertujuan untuk membuat kurikulum yang berdasarkan sains untuk mendukung pembelajaran berdaya saing global. Dengan makin berkembang era smart society 5.0, perkembangan inovasi digital dan teknologi membuat urgensi bidang STEM menjadi prioritas negara-negara di dunia saat ini.
Dalam Seminar Teknologi Pendidikan: Edutechnopreneurship Era Smart Society 5.0 yang diselenggarakan oleh S3 Teknologi Pendidikan UNESA di 21 Oktober 2024 lalu, I Gusti Agung Ketut Satrya Wibawa selaku Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Singapura menyampaikan bahwa salah satu alasan yang membuat pendidikan Singapura menjadi salah satu yang terdepan di Asia adalah karena adanya investasi kebijakan dan anggaran dalam pendidikan STEM. Teknologi-teknologi terbarukan disediakan dalam kampus-kampus dengan didanai oleh perusahaan/ praktisi di bidang terkait. Sebagai imbal baliknya, permasalahan yang ada di perusahaan diselesaikan oleh para akademisi/ peneliti di kampus.
“Ekosistem pendidikan yang seperti ini yang membuat Singapura tetap terdepan dalam STEM”, ujar Satrya.
Namun, hal anggaran tidak semata-mata menjadi faktor penunjang. Meski Indonesia termasuk negara dengan belanja anggaran pendidikan terbesar di Asia. Menengok keberhasilan pendidikan negara Finlandia, kesadaran IPTEK masyarakat serta pengkondisian ekosistem pendidikan yang tepat merupakan hal yang berkontribusi signifikan untuk membuatnya berhasil menjadi negara dengan pendidikan terbaik di dunia hanya dalam waktu 14 tahun. Artinya walaupun aspek sarana prasarana dan kebijakan berperan penting, namun kesadaran IPTEK masyarakat juga perlu untuk ditingkatkan.
Aspek Penciptaan, Penggunaan, dan Pengelolaan
Diungkapkan oleh Sesdirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Tjitjik Sri Tjahjahandarie, dalam Global Innovation Index 2023 Indonesia menempati peringkat ke 61 dari 132 negara di dunia. Naik 28 peringkat bila dibandingkan dari tahun 2020, yang sebelumnya berada di posisi ke 89. Kenaikan ini diperoleh dari indikator kerjasama kampus dengan dunia industri.
Di samping itu, angka pengguna internet di Indonesia juga terus meningkat, menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika ( KOMINFO ) pada awal tahun 2024 pengguna internet di Indonesia mencapai 221.6 juta atau hingga 79,5% dari keseluruhan penduduk di Indonesia. Selain itu, dalam hal infrastruktur digital, jaringan 5G juga sudah mulai tersebar di puluhan kota di Indonesia.
Sedangkan dalam hal pengelolaan, korupsi masih menjadi hal yang menghantui sektor pendidikan di Indonesia. Berdasar survei penilaian integritas (SPI), 33% sekolah di Indonesia berpotensi melakukan korupsi, yang artinya dana Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) tidak digunakan sebagaimana mestinya. Dengan begitu, dalam segi inovasi dan pemanfaatan, masyarakat Indonesia sudah cukup baik, namun masih kurang dalam hal pengelolaaan.
Proses dan Sumber Daya Teknologi
Proses dan sumber daya memegang peranan penting terhadap keberhasilan siswa. Proses dan sumber daya mencakup mulai dari pemangku kebijakan, tempat/ bangunan untuk belajar, fasilitas yang dimiliki oleh lembaga pendidikan, manajemen sekolah, tenaga pendidik, hingga siswa. Walaupun aspek ini tidak hanya mencakup sarana dan prasarana. Tidak dapat dipungkiri, dengan adanya fasilitas dan sumber daya yang baik tentu siswa akan lebih termotivasi untuk belajar, kaya dalam karya dan kreativitas. Sebaliknya, dengan keterbatasan sarana dan prasarana, hal ini dapat berimbas pada minat belajar siswa yang akhirnya bisa berdampak pada ketercapaian tujuan pembelajaran.
Di samping itu, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah untuk memeratakan pembangunan, terutama keterjangkauan ke daerah-daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T). Termasuk juga diantaranya hal kesejahteraan dan kualitas pendidik. Sebab, Hingga saat ini tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih Jawasentrisme atau terpusat di Pulau Jawa dengan nilai kontribusinya yang mendominasi di skala nasional hingga 57%. Tingkat kesenjangan pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa dengan empat pulau lainnya sangatlah jauh.
Berkaca dari aspek-aspek di atas, Indonesia sebenarnya cukup unggul dalam hal inovasi dan kuantitas. Namun, untuk mampu meningkatkan daya saing di Era Smart Society 5.0, tentu kualitas juga memgang peranan penting. Dengan latar belakang demografi yang beragam, keluasan area jangkauan pemerintahan, serta sistem pemerintahan yang ada saat ini, para pemangku kebijakan berperan sebagai pemegang kunci gerbang-gerbang keberhasilan negara ini kedepannya. Selama pemerintah dan pemangku kebijakan mampu bekerja secara beriringan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang baik, seharusnya STEM yang diharapkan untuk meningkatkan produktivitas negara akan mampu diwujudkan dan dilaksanakan.
Penulis: Fifinella
Mahasiswa Program Studi Magister Teknologi Pendidikan. Universitas Negeri Surabaya.
Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.
Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut
Editor : Redaksi