Reporter : Peni Widarti
JATIMKINI.COM, Produsen kertas dan tisu PT Suparma Tbk (SPMA) mencatatkan kinerja penjualan selama Januari - Mei 2024 telah mencapai Rp1,05 triliun atau setara 33,9% dari target penjualan bersih tahun ini sebesar Rp3,1 triliun.
Direktur Suparma, Hendro Luhur menjelaskan dari total penjualan itu, secara kuantitas penjualan kertas Suparma mencapai 86.974 MT atau setara dengan 33,8% dari target kuantitas penjualan produk kertas 2024 yang sebesar 257.517 MT.
“Sedangkan untuk hasil produksi kertas Suparma pada periode 5 bulan ini sebesar 88.331 MT atau setara dengan 33,7% dari target produksi kertas selama 2024 yang sebesar 261.804 MT,” jelasnya dalam RUPS Tahunan, Jumat (14/6/2024).
Untuk meningkatkan kinerja ke depan, lanjut Hendro, Suparma melakukan investasi dengan mengucurkan belanja modal sebesar US$10 juta untuk pembelian Steam Boiler baru yang lebih ramah lingkungan dibandingan Steam Boiler yang sudah ada.
“Steam Boiler baru ini akan meningkatkan kapasitas keluaran steam yang digunakan untuk proses pengeringan kertas sebesar 16% dari semula 155 ton/hari menjadi 180 ton/hari,” katanya.
Dia melanjutkan, Steam Boiler yang baru lebih ramah lingkungan karerna ditunjang dengan spesifikasi penggunaan bahan baku batu bara sebesar 25% atau sekitar 60% lebih rendah dibandingkan Steam Boiler Suparma yang sudah ada, serta sisanya memanfaatkan limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas.
“Hingga Mei 2024 realisasi anggaran tersebut telah mencapai US$7,1 juta dan diperkirakan Steam Boiler baru tersebut akan beroperasi di kuartal IV tahun ini,” imbuhnya.
Adapun dalam kegiatan RUPS Tahunan tersebut, Suparma memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar 21% dari laba bersih 2023 kepada para pemegang saham.
“Dividen yang dibagikan yakni senilai Rp12,- per saham atau sebesar Rp37.849.106.592 atau setara 21% dari laba bersih tahun lalu,” Tambah Hendro.
Ia memaparkan, kinerja perseroan pada tahun lalu mengalami penurunan lantaran harus menghadapi beberapa tantangan ekonomi global. Satu di antaranya adalah turunnya harga komoditas.
“Penurunan harga komoditas tersebut berdampak pada penurunan harga jual rata-rata produk Duplex Suparma sebesar 30%, di mana produk Duplex memiliki kontribusi sekitar 39% terhadap kuantitas penjualan produk kertas Suparma,” jelasnya.
Hendro melanjutkan, kuantitas penjualan produk Duplex yang relatif tidak mengalami perubahan namun mengalami penurunan harga jual tersebut menyebabkan turunnya harga jual rata-rata produk kertas Suparma sebesar 18,1% dibandingkan harga jual rata-ratanya di 2022 dan turunnya penjualan Suparma sebesar 15,3% menjadi sebesar Rp2.658,5 miliar.
Sedangkan kuantitas penjualan produk kertas Suparma selama 2023 masih mengalami sedikit pertumbuhan sebesar 3,9% atau mencapai 220.400 MT.
Turunnya penjualan yang melebihi penurunan beban pokok penjualan menyebabkan Suparma membukukan penurunan laba kotor sebesar 34,5% dari semula Rp718,8 miliar di 2022 menjadi Rp470,6 miliar di 2023, sehingga marjin laba kotor pada 2023 mengalami penurunan menjadi 17,7% dari semula 22,9% di 2022.
Sepanjang 2023, beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum dan administrasi mengalami kenaikan masing-masing sebesar 9,2% dan 16,0%. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh naiknya beban ekspor dan pengangkutan di beban penjualan sebesar 5,9% serta meningkatnya gaji dan upah sebesar 9,3% di beban umum dan administrasi.
Kenaikan beban operasional tersebut menyebabkan laba sebelum taksiran beban pajak, laba tahun berjalan dan laba komprehensif tahun berjalan Suparma mengalami penurunan masing-masing menjadi sebesar Rp237,8 miliar, Rp178,7 miliar dan Rp173,1 miliar atau masing-masing menurun 44,9%, 46,8% dan 47,7%.
Editor : Peni Widarti