Reporter : Alvian Yoananta
JATIMKINI.COM, Produsen kalsium karbida atau karbit PT Emdeki Utama Tbk (MDKI) berhasil mencatatkan kinerja laba bersih pada kuartal III/2023 mencapai Rp35,87 miliar karena dampak strategi efisiensi yang dilakukan di tengah tekanan pasar global.
Direktur Emdeki Utama, Vincent Secapramana memaparkan, penjualan bersih Emdeki hingga kuartal III/2023 telah tercapai Rp346,1 miliar dan sampai akhir tahun ditargetkan bisa mencapai Rp470 miliar. Penjualan ini memang turun dibandingkan tahun lalu di mana pada 2022 mampu mencapai penjualan Rp486,8 miliar.
“Meskipun penjualan turun banyak, tapi laba bersih MDKI masih cukup bagus sampai kuartal III tercapai Rp35,87 miliar (unaudited), sampai akhir tahun ditarget bisa mencapai Rp40 miliar - Rp50 miliar. Dengan proyeksi itu, maka kinerja laba kita mengalami pertumbuhan dibandingkan laba 2022 yang sebesar Rp38,4 miliar,” jelasnya dalam paparan publik, Senin (11/12/2023).
Secara volume, lanjut Vincent, penjualan Emdeki sampai kuartal III/2023 tercatat sebanyak 15.516 ton, yang disumbang oleh pasar domestik 14.655 ton, dan pasar ekspor 861 ton. Sampai Desember 2023 ditargetkan bisa mencapai penjualan 22.000 ton, yang dikontribusi pasar domestik 20.278 ton dan ekspor 1.722 ton.
Secara volume pun, tahun ini mengalami penurunan dibandingkan 2022 yakni sebanyak 24.598 ton yang terdiri dari ekspor 3.604 ton dan domestik 20.994 ton.
Vincent mengatakan, tantangan industri karbit tahun ini memang cukup berat karena kondisi global dan domestik, serta persaingan industri yang sangat ketat terutama di pasar ekspor kalah bersaing harga dengan produk China.
Selain itu, bahan baku impor juga lebih mahal, serta beban nilai tukar rupiah yang terus melemah, dan biaya kontainer untuk ekspor yang masih sangat mahal.
“Tapi kami masih cukup optimistis, kalau tahun depan kami bisa mencapai target setidaknya sama seperti kinerja 2022 atau bisa tumbuh 5 persen,” imbuhnya.
Direktur Emdeki, Yudi Cahyono menjelaskan, kalsium karbida sendiri biasanya digunakan untuk pembuatan gas acetylene (C2H2) yakni gas untuk memotong dan mengelas besi/baja pada industri perkapalan, pertambangan, karoseri mobil dan industri kecil lainnya.
Kebutuhan kalsium karbida nasional pada 2022 mencapai 23.560 ton. MDKI telah memasok kebutuhan itu mencapai 20.994 ton, dan sisanya 2.566 ton dipenuhi produk impor.
Pada 2023, hingga kuartal III, kebutuhan nasional mencapai 15.802 ton, dan Emdeki telah memasok kebutuhan itu sebanyak 14.655 ton, dan sisanya 1.147 ton dipasok produk impor. Dari data itu menunjukkan bahwa pangsa pasar Emdeki di Indonesia tahun ini mencapai 92%.
“Ini artinya produk Emdeki masih dipercaya oleh pasar domestik, dan di pasar ekspor ada konsumen setia yang membutuhkan kualitas produk yang baik seperti Jepang, Amerika Serikat dan India,” kata Yudi.
Yudi menambahkan, perusahaan terus berupaya untuk meningkatkan kinerja salah satunya dengan mengembangkan produk turunan seperti pembuatan mortar dan precipitated calcium carbonate (PCC).
Mortar merupakan produk seperti semen yang biasa digunakan sebagai plester dinding dan perekat pemasangan bata yang memiliki kapasitas 4.200 ton/tahun. Produksi mortar telah dilakukan sejak Juli 2022. Sedangkan PCC adalah bahan untuk pembuatan kertas, plastik, tinta, dan cat dengan kapasitas produksi 800 ton/tahun dan telah beroperasi tahun ini.
“Bahan baku kedua produk ini telah tersedia dari sisa pembakaran kapur yang selama ini tidak terpakai, sebagian dijual dan sebagian dibuang. Bahan baku lain untuk PCC menggunakan gas buang CO2,” ujarnya.
Saat ini, tambah Yudi, progres proyek carbide desulphuriser tahap 1 di Driyorejo Gresik juga telah beroperasi normal pada 2019. Produk carbide desulphuriser biasanya digunakan untuk kebutuhan pabrik baja dan perusahaan tambang.
“Sedangkan pabrik carbide desulphuriser tahap 2 yang berada di Cilegon - Banten masih dipertimbangkan untuk ditunda dengan menunggu perkembangan positif dari pabrik baja di wilayah Cilegon,” ujarnya.
Sementara untuk proyek pembangunan pabrik Ferro Silica di Driyorejo Gresik berkapasitas 7.000 ton/tahun yang sempat tertunda sejak 2020 karena Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina, maka Juni 2023 akhirnya disetujui untuk dilanjutkan kembali dengan berbagai pertimbangan dan risiko akibat penundaan.
Editor : Ali Topan