Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang Isa Wahyudi akrab disapa Ki Demang memimpin prosesi sesekaran topeng. Ia tak sendiri, melainkan bersama 100 penari berusia belia.
Mereka berbaris rapi sembari membawa Topeng Malang berbagai karakter mulai bapang, sabrang, panji, sekartaji sampai patih. Topeng Malang memiliki 65 karakter.
Baca juga: MODENA Perkenalkan Kembali Produk Unggulan Dukung Gaya Hidup Modern di Malang
Penari paling depan membawa sajen diikuti penari lainnya. Lalu, bergerak bersama menuju makam Empu Topeng Tjondro Soewono atau Buyut Reni di Kampung Budaya Polowijen, Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (6/8).
Ki Demang menjelaskan seniman Topeng Malang lebih dulu berdoa di makam Mpu Purwa, ayah dari Ken Dedes. Adapun Ken Dedes merupakan istri dari Ken Arok, yakni raja sekaligus pendiri Kerajaan Singhasari.
Prosesi doa bersama dan kulonuwun atau berucap permisi pada leluhur itu menandai arak-arakan topeng, sesekaran topeng, lomba tari topeng dan kembulan topeng. Rangkaian Festival Topeng Malang juga menggelar workshop kriya topeng, batik topeng malangan, sarasehan budaya topeng malang dengan pemandu pegiat seni Suroso dan Supriyono.
Baca juga: Akademisi FIB Universitas Brawijaya Apresiasi Kiprah Mahasiswa Lahirkan Karya Sastra
"Gelaran ini kebangkitan topeng malang. Tampilnya penari usia dini merupakan upaya regenerasi tari topeng," tegasnya.
Ki Demang mengatakan sendratari topeng dan wayang topeng merupakan warisan budaya nasional sejak 2014. Bahkan, topeng malangan sudah mendunia. Pementasan pun sampai luar negeri.
"Festival Topeng Malang ini terobosan membuat seni pertunjukan agar bisa dinikmati khalayak. Termasuk promosi budaya dan wisata," katanya.
Baca juga: PSM Kota Malang Wilujengan Kamulyan di Kampung Wisata Topeng
Pagi itu, festival begitu sakral. Generasi baru penari topeng bermunculan. Hal itu bermakna bahwa kesenian yang dikenal masyarakat Jawa sejak sebelum era Kerajaan Singhasari sampai kini tetap lestari. Generasi muda nyatanya demen berkesenian. Mereka mencintai budaya bangsa.
Usai berdoa, para penari tampil impresif. Mereka mengikuti ritme lantunan musik gamelan. Azahra, penari dari Sanggar Senaputra Malang ambil bagian menampilkan sendratari yang eksotis. Begitu juga Gizele, siswa kelas 5 SD Tunjung Sekar 2 tampil apik. Gizele diantar sang ibu Vera Ina begitu konsisten berkesenian dan selalu juara dalam setiap perlombaan sendratari.
Pengawas Kampung Budaya Polowijen Nur Hasan menyatakan gelaran Festival Topeng Malang ini untuk melestarikan budaya bangsa. Tari topeng yang mengisahkan panji atau kepahlawanan dan cinta menginspirasi generasi penerus bangsa dalam memperkuat nasionalisme.
Editor : Redaksi