Kedatangan Ketua DPR RI, Puan Maharani ke Pasar Tambahrejo, Surabaya menyedot perhatian, rabu (2/3/2022). Utamanya para pedagang di pasar milik Pemerintah Kota Surabaya. Salah satunya adalah Ahmadi. Dia adalah penyandang disabilitas yang ternyata seorang perajin tas.
Kehadiran Ahmadi menyedot perhatian Puan. Putri bungsu Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri itu baru saja menemui pedagang dan berbelanja di Pasar Tambahrejo. Dia menghampiri Ahmadi jelang mengakhiri kunjungannya.
Ini tas kreasi kami, Bu, ujar Ahmadi, yang merupakan penyandang disabilitas, kepada Puan.
Puan menghentikan langkahnya. Dia menyimak dengan seksama penjelasan Ahmadi. Ahmadi berasal dari kelompok Tiara Handicraft, sebuah gerakan pemberdayaan untuk para penyandang disabilitas dan anak putus sekolah di Surabaya.
Ahmadi menyodorkan sejumlah tas kreasinya, yang mayoritas bermotif batik. Tas itu memiliki beragam jenis dan ukuran. Begitu juga dengan pilihan warnanya. Banyak ragamnya.
Puan terlihat takjub dengan karya penyandang disabilitas. Semangat pantang menyerah pada keadaan membuatnya kagum. Bagus-bagus semuanya, kata cucu proklamator RI Ir Soekarno (Bung Karno).
Senyum Ahmadi terpancar dari wajahnya meski tertutup masker. Dia bahagia karyanya mendapat apresiasi dari perempuan pertama yang menjadi ketua DPR RI itu.
Ahmadi berniat menghadiahkan tas tersebut kepada Puan. Tetapi Puan ingin membelinya. Tak menunggu lama, dia mengeluarkan sejumlah uang kepada Ahmadi. Dia tak ragu untuk memborong empat tas karya para penyandang disabilitas.
Keren-keren tasnya. Semangat terus berkarya, ya, kata Puan kepada Ahmadi.
Diketahui bila Tiara Handicraft telah memberdayakan penyandang disabilitas sejak 1995. Wadah ini fokus pada daur ulang botol-botol bekas. Pada 1997, Tiara Handicraft mulai mengembangkan produksi tas dan suvenir berbahan dasar kain.
Sejak saat itu, Tiara fokus memberdayakan penyandang disabilitas. Sampai saat ini kami sudah memberdayakan, melatih hingga mandiri lebih dari 800 penyandang disabilitas, ujar Titik Winarti, pimpinan Tiara Handicraft, kepada media setelah bertemu Puan Maharani.
Ahmadi bergabung di Tiara Handicraft sejak 2005. Dia memulai semuanya dari nol. Ahmadi menggunakan mesin jahit hasil modifikasi, menyesuaikan dengan kondisi tubuhnya.
Yang paling susah adalah adaptasi mesin jahit, cerita Ahmadi.
Di tengah keterbatasan, Ahmadi pantang menyerah. Tak hanya belajar teknik menjahit serta produksi tas, Ahmadi juga memelajari berbagai aspek manajemen usaha. Saya ingin mandiri, jadi pengusaha, ujarnya.
Tak lupa Ahmadi juga belajar manajemen, marketing, tren desain, sampai kehumasan. Semua aspek itu dinilai Ahmadi bisa menunjang usahanya.
Setelah dirasa cukup mampu, Ahmadi lantas membikin Kanta Craft. Namun sejak tahun 2013 dia berwirausaha mandiri. Berbagai jenis dan ukuran tas telah dia kerjakan.
Tak semuanya langsung bagus. Kadang-kadang desain muncul dari kesalahan. Saya berpikir keras agar bahan yang salah dijahit tidak terbuang, sehingga tetap bisa diselesaikan dan dipasarkan, cerita Ahmadi
Soal pilihan nama, yaitu Kanta, ternyata memiliki arti lensa. Tentu saja diiringi harapan agar karya-karya ini bisa menjadi sarana untuk melihat betapa sebenarnya para penyandang disabilitas tidak mau berpangku tangan dan terus bekerja tanpa lelah dalam memperbaiki kehidupan.
Saya senang dan bersyukur bisa bertemu Ibu Puan Maharani. Bangga sekali tas bikinan kami diapresiasi beliau, dan nantinya semoga beliau berkenan memakai, ujar Ahmadi.
Editor : Redaksi