Suparma Catat Penjualan Bersih Rp2,72 Triliun di 2024. Begini Strategi Berikutnya

Reporter : Peni Widarti
Jajaran direksi PT Suparma Tbk saat memamerkan produk tisu dan kertas seusai RUPST 2025. FOTO : Suparma

JATIMKINI.COM, Emiten kertas PT Suparma Tbk (SPMA) mencatatkan kinerja penjualan bersih selama 2024 mencapai Rp2,72 triliun atau naik 2,7% dibandingkan tahun sebelumnya.

Direktur Suparma, Hendro Luhur memparkan, pertumbuhan tersebut disebabkan naiknya kuantitas penjualan Suparma sebesar 4,1% mencapai 229.400 Metric Ton (MT), dimana produk Kraft dan Tissue menyumbang pertumbuhan kuantitas penjualan masing-masing sebesar 7,2% dan 5,2%.

Baca juga: PLN Nusantara Power Bukukan Laba Tertinggi Sepanjang Sejarah

"Sedangkan kuantitas penjualan Duplex relatif tidak mengalami perubahan," katanya dalam RUPS tahunan, Selasa (10/6/2025).

Ia melanjutkan, pada 2024 beban pokok penjualan mengalami kenaikan 5,9% dibandingkan beban pokok penjualan pada 2023 terutama yang disebabkan oleh kenaikan harga beli rata-rata bahan baku pulp sebesar 11%.

Kenaikan beban pokok penjualan yang melebihi kenaikan penjualan menyebabkan Suparma membukukan penurunan laba kotor sebesar 12,3% dari semula Rp470,6 miliar di 2023 menjadi Rp412,8 miliar di 2024, sehingga marjin laba kotor di 2024 mengalami penurunan menjadi 15,1% dari semula 17,7% di 2023.

Pada 2024, beban penjualan juga mengalami kenaikan sebesar 1,8% yang terutama disebabkan oleh naiknya beban ekspor dan pengangkutan sebesar 2,1%. Sedangkan beban umum dan administrasi mengalami sedikit penurunan 0,5% yang terutama disebabkan oleh menurunnya perbaikan dan pemeliharaan sebesar 36,7%.

"Suparma membukukan rugi selisih kurs sebesar Rp29,5 miliar akibat dari dampak melemahnya nilai tukar Rupiah, hal ini menyebabkan penurunan laba sebelum taksiran beban pajak dan laba tahun berjalan Suparma masing-masing sebesar 43,5% dan 41,3% atau masing-masing menjadi sebesar Rp134,4 miliar dan Rp104,8 miliar," terangnya.

Meskipun mengalami penurunan laba di tahun lalu, lanjut Hendro, perseroan masih optimistis bahwa di tahun ini Suparma bisa mencapai target yang ditetapkan yakni menarget penjualan bersih sebesar Rp3 triliun.

Selama periode 4 bulan di 2025 ini, Suparma telah mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp837,8 miliar atau setara dengan 27,9% dari target penjualan bersih Rp3 triliun.

Sedangkan capaian secara kuantitas penjualan kertas Suparma sebesar 69.595 MT atau setara dengan 26,9% dari target kuantitas penjualan produk kertas di 2025 yang sebesar 258.600 MT.

Baca juga: RUPS LB PLN Ganti Susunan Direksi dan Komisaris, Ini Daftar Lengkapnya

"Untuk hasil produksi kertas Suparma pada periode empat bulan di 2025 sebesar 72.475 MT atau setara dengan 32,1% dari target produksi kertas di 2025 yang sebesar 225.800 MT," tambahnya.

Hendro menyebutkan, dalam RUPST 2025 ini, perseroan memutuskan untuk tidak membagikan dividen tunai kepada para pemegang sahamnya.

"Setelah dikurangi pembentukan dana cadangan wajib sebesar Rp20 miliar, sisa laba bersih tahun berjalan 2024 digunakan untuk memperkuat struktur permodalan Suparma dan untuk investasi yang sebagian besar bertujuan untuk peningkatan kapasitas mesin kertas Suparma," ucapnya.

Ia menambahkan, sejak 2023, SPMA telah menganggarkan belanja modal setara dengan US$10 juta untuk proyek investasi steam boiler baru. Hingga akhir 2024, jumlah realisasi anggaran steam boiler yang baru mencapai Rp129,5 miliar atau setara US$8,2 juta.

"Suparma menggunakan internal kasnya untuk mendanai keseluruhan proyek tersebut (self financing). Steam boiler ini telah berproduksi komersial pada Januari 2025," katanya.

Baca juga: PGN Segera Bayarkan Dividen Rp182 per Saham, Yield Tembus 10%

Steam boiler yang baru, katanya, akan lebih ramah lingkungan karena ditunjang dengan spesifikasi penggunaan bahan baku batu bara sebesar ±22% atau sekitar 58% lebih rendah dibandingkan steam boiler Suparma yang sudah ada, serta sisanya akan memanfaatkan ±60% sludge dan ±18% limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas.

Selain itu, pada 2024, Suparma menganggarkan belanja modal setara US$21,4 juta untuk proyek investasi PM 11. Anggaran tersebut sudah mencakup mesin kertas utama beserta perlengkapannya, suku cadang, bangunan dan prasarananya.

PM 11 tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas terpasang sebesar 27.000 MT. Pada 6 Februari 2025 Suparma telah menandatangani kontrak pembelian mesin utama PM 11 dengan supplier mesin kertas dari Finlandia senilai EUR6,35 juta.

"Kami berencana menggunakan internal kas sebesar US$4 juta untuk mendanai proyek tersebut, sedangkan sisanya sebesar US$16,4 juta akan didanai oleh bank rekanan Suparma dalam bentuk fasilitas kredit investasi," tutupnya.

 

Editor : Redaksi

Ekonomi
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru