Penjabat Wali Kota Malang Siap Bangun Rumah Produksi UMKM

Reporter : Bagus Suryo
Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat (tengah) mendampingi Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki saat gelaran Plut KUKM Summit 2024 di Malang Creative Center, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (26/4). Foto: Jatimkini/Bagus Suryo

JATIMKINI.COM, Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat berkomitmen mendorong UMKM membangun rumah produksi modern berbasis bahan baku domestik. Realisasinya menunggu detail regulasi dari pemerintah pusat.

"Pihak kementerian punya regulasi, kita sudah siapkan sarana prasarana dan perangkatnya, tinggal regulasinya. Kementerian membuat ketentuan, kita tinggal jalan agar UMKM terkait dengan industri," tegas Wahyu Hidayat saat gelaran Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM Summit 2024 di Malang Creative Center (MCC), Jumat (26/4).

Baca juga: Rektor UMM Puji Langkah Sutrisno Lukito, Dorong Perekonomian Berbasis UMKM

Wahyu menjelaskan rumah produksi modern yang dibangun UMKM semestinya berkesinambungan, bukannya seperti sekarang masih diskoneksi dengan dunia industri.

Padahal, rumah produksi ini memiliki peran strategis menjadi media untuk menghubungkan UMKM dengan industri.

"Selama ini mereka jalan sendiri-sendiri padahal UMKM bagian dari industri," katanya.

Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang Eko Sri Yuliadi menambahkan rumah produksi sebenarnya sudah ada di MCC. Selama ini, MCC menjadi pusat inkubasi ekonomi kreatif (ekraf) menghubungkan Kota Malang dan dunia.

Di gedung MCC pula talenta muda kreatif bermunculan menggarap 17 subsektor ekraf. Adapun Kota Malang memiliki 21.276 UMKM yang terkurasi sampai 2024.

"Rumah produksi sudah ada di MCC. Untuk yang suplai industri masih dalam proses finalisasi," tutur Eko.

Baca juga: Dukung UMKM Go Export, Bank Jatim & Kemendag Gelar Export Coaching

Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menekankan pentingnya membuat rumah produksi di daerah karena tantangan persaingan kini bukan saja pasar domestik, melainkan pasar global. Pasar bebas telah mendorong masuknya produk luar negeri yang dijual secara daring.

"Kita hanya menyediakan lapak dan platform saja," ucap Teten.

Karena itu, Teten menjelaskan agar pelaku usaha tidak terjebak hanya menyediakan lapak dan platform, solusinya adalah membangun rumah produksi modern. Setiap unit rumah produksi yang dibangun oleh gabungan UMKM cukup murah, hanya senilai Rp15 miliar.

Rumah produksi itu akan menjadi fondasi ekonomi kedepan. Pasalnya, UMKM menguasai potensi besar pasar sebagai pemasok ke industri sejalan mereka melakukan transformasi digital.

Baca juga: Belanja Produk Dalam Negeri SIG di 2024 Tembus Rp23 Triliun 

Melalui rumah produksi, lanjutnya, UMKM bisa memasok ekstrak ikan dan lidah buaya untuk memenuhi kebutuhan industri. Dengan demikian, UMKM tidak hanya bicara kerupuk, keripik dan dodol, tetapi mereka harus mengembangkan usaha dari hulu sampai hilir sebagai pemasok yang prosesnya terhubung dengan industri.

Sedangkan UMKM yang melakukan transformasi digital dan mengembangkan industri medium akan cepat mewujudkan pendapatan per kapita Indonesia setara negara maju pada 2045 sebesar US$13.000 sampai US$30.000. Kini, Gross national income (GNI) per kapita Indonesia baru US$4.580 kategori kelompok menengah ke atas.

"Sebanyak 22,8 juta atau 33,6% produk UMKM yang inovatif sudah bertransformasi mengarah pada pengembangan ekonomi digital," pungkasnya.

Editor : Redaksi

Ekonomi
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru