Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengungkapkan, bahwa kenaikan laju inflasi pada Juni 2022 masih berada dalam batas wajar karena merupakan hal yang tidak terelakkan, seiring dengan kenaikan harga komoditas dan pulihnya permintaan masyarakat.
"Pertama kenaikan harga komoditas khususnya pangan di pasar global, dan kedua mulai pulihnya konsumsi masyarakat seiring meredanya pandemi, ujar Piter dalam kutipnya di Antara Jakarta, Senin.(4/7/2022)
Baca juga: Harga Cabai di Jatim Melambung Dipicu Musim Hujan, Februari Diprediksi Panen
Menurut Piter, kenaikan inflasi yang terjadi pada kisaran 4 hingga 5 persen tidak perlu dikhawatirkan berlebihan karena kenaikan ini terjadi seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi di masyarakat.
Ia juga menambahkan hal yang perlu dikhawatirkan adalah kalau laju inflasi naik terlalu tinggi dan bergerak liar.
Baca juga: Fluktuasi Harga Pangan di 2024 Picu Inflasi Jatim 1,51%
"Misalnya hingga di atas 8 persen. Karena hal itu akan memangkas daya beli masyarakat miskin dan menahan pemulihan ekonomi," tambahnya.
Ekonom CORE ini juga menjelaskan bahwa pemerintah harus melakukan upaya-upaya untuk tidak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), gas, dan tarif listrik subsidi agar menjaga inflasi agar tetap stabil.
Baca juga: Bawang Merah Picu Inflasi Jatim Menjelang Akhir Tahun
"Kalau pemerintah tidak menaikkan harga barang-barang subsidi seperti Pertalite, gas dan listrik, tingkat inflasi saya perkiraan berada di kisaran 5 sampai dengan 6 persen," katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan sebesar 4,35 persen (yoy) pada Juni 2022 atau mendekati batas empat persen plus minus satu persen. Realisasi ini merupakan yang tertinggi sejak periode Juni 2017.
Editor : Redaksi