JATIMKINI.COM, Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menerapkan terobosan menangani stunting atau tengkes berbasis sanitasi. Terobosan itu dinilai ampuh mengatasi persoalan pembangunan skala perkotaan.
"Sanitasi ini penting karena akan memengaruhi penanganan stunting secara signifikan selain soal pemenuhan gizi. Karena itu perlu upaya-upaya," tegas Wahyu Hidayat saat monev (monitoring dan evaluasi) implementasi STBM 5 pilar berkelanjutan, Selasa (14/11).
Baca juga: Bank Jatim Dukung Aksesibilitas Pelayanan Pajak Hingga Percantik Aloon-Aloon dan Taman
Saat ini, 57 kelurahan belum seluruhnya melakukan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Di sisi lain, tantangan Kota Malang ialah terdapat 4.521 keluarga rawan stunting dan 3.220 anak juga rawan tengkes dari 37.000 balita.
Wahyu menjelaskan baru ada enam kelurahan menerapkan STBM, sehingga 51 kelurahan lainnya harus mengikuti hal baik serupa. Sebab, imbasnya berkaitan erat dengan penurunan angka tengkes skala perkotaan.
Baca juga: Inisiasi Pengentasan Stunting pada Anak, Srikandi PLN Berikan Bantuan Kebun Gizi di Gresik
Kelurahan yang menerapkan STBM telah memenuhi indikator lima pilar lantaran warganya mencuci tangan pakai sabun. Selain itu, warga sudah mengelola air minum dan makanan dengan benar. Warga di kelurahan sudah mengelola sampah rumah tangga. Bahkan, limbah cair rumah tangga dikelola secara baik sehingga dampaknya tidak mencemari lingkungan.
Menurut Wahyu, lima pilar itu sejalan dengan penanganan tengkes karena berkaitan dengan kesehatan keluarga dan balita. Ada hal yang bisa menjadi contoh baik, lanjutnya, di Kabupaten Malang sudah tergabung dalam asosiasi kabupaten/kota peduli sanitasi. Alhasil, sanitasi daerah itu membaik dari upaya kerja bersama para pemangku kepentingan.
"Kota Malang belum tergabung di asosiasi," imbuhnya.
Baca juga: Risma Blusukan ke Kota Malang, Tawarkan Solusi Banjir di Sungai Bandulan
Untuk itu, Wahyu mendorong semua kelurahan menerapkan STBM. Memang, ada kelurahan yang belum komplet menerapkan meski warganya sudah tidak buang air besar secara sembarangan. Yang artinya seluruh rumah tangga sejak 2019 sudah memiliki kakus.
"Masih ada kampung padat penduduk, di bibir sungai, perlu ditangani. Pengelolaan sampah dibenahi termasuk perilaku hidup bersih dan sehat karena semua itu berkaitan dengan kesehatan rumah tangga," pungkasnya.
Editor : Redaksi